Musik berkaitan dengan perubahan sosial sebenarnya bukan merupakan topik baru. Di masa lalu, sejumlah seniman Indonesia pun telah tergerak jiwa patriotismenya lewat musik dengan menciptakan lagu-lagu bertemakan perjuangan. Sikap bermusik seperti itu pun turut ditunjukkan oleh musisi Indonesia masa kini dengan caranya sendiri-sendiri, seperti Iwan Fals, Franky Sahilatua, dan beberapa Band lawas diantaranya God Bless, AKA, Giant Step, Super Kid dari Bandung, Terncem dari Solo dan Bentoel dari Malang.
Ada banyak jalan yang bisa kita lakukan untuk membuat perubahan, salah satunya adalah lewat musik, lirik yang cerdas bisa menyindir atau membahas persoalan dalam negeri, bisa juga membuat perlawanan, atau bahkan bisa mejadikan semangat untuk pejuang negeri ini, tidak melulu sebagai hiburan
Mengenai musik hari ini, harapan untuk kedepan semoga para musisi semakin banyak menulis dan menciptakan hal-hal yang berbeda dari biasanya. Ibarat berperang musik sebagai senjata sedangkan lirik adalah sebagai pelurunya. Bermusik dengan pesan-pesan yang kuat, kritis dan membangun membuat para pendengarnya bangga akan musik tanah air.
Pada dasarnya bermusik bukan hanya untuk kesenangan, atau menghibur hari saja. Musik dapat digunakan untuk mengarahkan masyarakat pada keprihatinan yang terjadi di negara ini terutama pada berbagai krisis yang mengancam republik ini, dan merupakan proses penyadaran bagi masyarakat, yang tadinya tidak perduli menjadi perduli, dan pada akhirnya adalah membuat suatu perubahan yang nyata, walaupun sedikit akan tetapi sangat berarti. “Musik untuk mengarahkan masyarakat pada keprihatinan dan kepedulian, dan ujungnya membuat perubahan,” kata Cholil Voc.Band Efek Rumah Kaca (Pikiran Rakyat, 2008).
Musik merupakan medium ekspresi yang siapa saja dapat berkecimpung didalamnya. Mereka yang diam dan apatis atas apa yang terjadi di negeri ini, secara sadar atau tidak sadar akan merekam liriknya. Kemudian menjadi berkembang, dari diam menjadi peduli. Jika lewat sebuah musik kita bisa mengekspresikan apa yang kita inginkan, kenapa tidak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar